Sabtu, 10 September 2011

Perayaan HUT RI



Inilah wajah-wajah ceria anak-anak RT 05 RW 14 Komplek Bumi Asri Mekar Rahayu Kopo Bandung, yang tengah bersiap-siap mengikut lomba tujuhbelasan. Ayo, Ato... Ato.... habisin coklatnya....!!!!

PASAR KEBONPOLO TEMPO DOELOE

KEUTAMAAN SURAT AL-FATIHAH

Surat Al-Fatihah adalah surat yang amat masyhur, telah dikenal oleh seluruh kaum muslimin. Saking terkenalnya, terkadang sebagian kaum muslimin menyalahgunakannya, seperti membacanya untuk orang mati saat ziarah kubur, atau mengirimkan pahalanya kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, Syaikh Abdul Qodir Al-Jailaniy, dan orang-orang yang telah mati. Semua ini tak ada contohnya dari Allah dan Rasul-Nya.
Surat Al-Fatihah amat masyhur, namun banyak di antara kita tak mengetahui fadhilah, dan keutamaannya. Padahal banyak sekali hadits-hadits yang menunjukkan keutamaannya, baik dari sisi kandungan atau kedudukannya di sisi Allah -Azza wa Jalla-. Diantara fadhilah dan keutamaan Surat Al-Fatihah:

• Surat yang Paling Agung
Orang yang membaca Al-Fatihah akan mendapatkan balasan pahala yang besar di sisi Allah. Terlebih lagi jika ia membacanya dengan ikhlash, dan mentadabburi maknanya.
Abu Sa’id bin Al-Mu’allaa -radhiyallahu ‘anhu- berkata,
"Dulu aku pernah sholat. Lalu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- memanggilku. Namun aku tak memenuhi panggilan beliau. Aku katakan, "Wahai Rasulullah, tadi aku sholat". Beliau bersabda, "Bukankah Allah berfirman,
"Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu". (QS. Al-Anfaal: 24).
Kemudian beliau bersabda, "Maukah engkau kuajarkan surat yang paling agung dalam Al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid"?. Beliau pun memegang tanganku. Tatkala kami hendak keluar, maka aku katakan, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya tadi Anda bersabda, "Aku akan ajarkan kepadamu Surat yang paling agung dalam Al-Qur’an". Beliau bersabda, "Alhamdulillahi Robbil alamin. Dia ( Surat Al-Fatihah) adalah tujuh ayat yang berulang-ulang, dan Al-Qur’an Al-Azhim yang diberikan kepadaku". [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4720), Abu Dawud dalam Sunan-nya (1458), dan An-Nasa’iy dalam Sunan-nya (913)]
Al-Imam Ibnu At-Tiin-rahimahullah- berkata saat menjelaskan makna hadits di atas, "Maknanya, bahwa pahalanya lebih agung (lebih besar) dibandingkan surat lainnya". [Lihat Fathul Bari(8/158) karya Ibnu Hajar Al-Asqolaniy]

Surat Terbaik dalam Al - Qur’an
Surat Al-Fatihah merupakan surat terbaik, karena ia mengandung tauhid, ittiba’ (mengikuti) Sunnah, adab berdo’a, al-wala’ wal baro’, keimanan terhadap perkara gaib, dan lainnya.
Ibnu Jabir-radhiyallahu ‘anhu- berkata, yang artinya :
"Aku tiba kepada Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- , sedang beliau mengalirkan air. Aku berkata, "Assalamu alaika, wahai Rasulullah". Maka beliau tak menjawab salamku (sebanyak 3 X). Kemudian Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- berjalan, sedang aku berada di belakangnya sampai beliau masuk ke kemahnya, dan aku masuk ke masjid sambil duduk dalam keadaan bersedih. Maka keluarlah Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- menemuiku, sedang beliau telah bersuci seraya bersabda, "Alaikas salam wa rahmatullah (3 kali)". Kemudian beliau bersabda, "Wahai Abdullah bin Jabir, maukah kukabarkan kepadamu tentang sebaik-baik surat di dalam Al-Qur’an". Aku katakan, "Mau ya Rasulullah". Beliau bersabda, "Bacalah surat Alhamdulillahi Robbil alamin (yakni, Surat Al-Fatihah) sampai engkau menyelesaikannya". [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (4/177). Hadits ini di-hasan-kan oleh Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (no. 17633)]

• Al - Fatihah adalah Al - Qur’an Al - Azhim

Surat Al-Fatihah dinamai oleh Allah dengan "Al-Qur’an Al-Azhim", padahal Al-Qur’an Al-Azim bukan hanya Al-Fatihah, masih ada surat-surat lainnya yang berjumlah 11 3. Namun Allah -Azza wa Jalla- menamainya demikian karena kandungan Al-Fatihah meliputi segala perkara yang dikandung oleh Al-Qur’an Al-Azhim secara global. Wallahu A’lam bish showab.
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, yang artinya :
"Ummul Qur’an (yakni, Al-Fatihah) adalah tujuh ayat yang berulang-ulang, dan Al-Qur’an Al-Azhim". [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4427), Abu Dawud dalam Sunan-nya (1457), dan At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (3124)]

• Surat Ruqyah
Al-Qur’an seluruhnya bisa digunakan dalam meruqyah. Namun secara khusus Al-Fatihah pernah dipergunakan oleh para sahabat dalam meruqyah sebagian orang yang tergigit kalajengking. Dengan berkat pertolongan Allah, orang yang digigit kalajengking tersebut sembuh kala itu juga.
Sekarang kita dengarkan kisahnya dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu- ketika beliau berkata, yang artinya :
" Ada beberapa orang dari kalangan sahabat Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah berangkat dalam suatu perjalanan yang mereka lakukan sampai mereka singgah pada suatu perkampungan Arab. Mereka pun meminta jamuan kepada mereka. Tapi mereka enggan untuk menjamu mereka (para sahabat). Akhirnya, pemimpin suku itu digigit kalajengking. Mereka (orang-orang kampung itu) telah mengusahakan segala sesuatu untuknya. Namun semua itu tidak bermanfaat baginya. Sebagian diantara mereka berkata, "Bagaimana kalau kalian mendatangi rombongan (para sahabat) yang telah singgah. Barangkali ada sesuatu (yakni, obat) diantara mereka".Orang-orang itu pun mendatangi para sahabat seraya berkata, "Wahai para rombongan, sesungguhnya pemimpin kami tersengat, dan kami telah melakukan segala usaha, tapi tidak memberikan manfaat kepadanya. Apakah ada sesuatu (obat) pada seorang diantara kalian?" Sebagian sahabat berkata, "Ya, ada. Demi Allah, sesungguhnya aku bisa me-ruqyah. Tapi demi Allah, kami telah meminta jamuan kepada kalian, namun kalian tak mau menjamu kami. Maka aku pun tak mau me-ruqyah kalian sampai kalian mau memberikan gaji kepada kami". Merekapun menyetujui para sahabat dengan gaji berupa beberapa ekor kambing. Lalu seorang sahabat pergi (untuk me-ruqyah mereka) sambil memercikkan ludahnya kepada pimpinan suku tersebut, dan membaca, "Alhamdulillah Robbil alamin (yakni, Al-Fatihah)". Seakan-akan orang itu terlepas dari ikatan. Maka mulailah ia berjalan, dan sama sekali tak ada lagi penyakit padanya. Dia (Abu Sa’id) berkata, "Mereka pun memberikan kepada para sahabat gaji yang telah mereka sepakati. Sebagian sahabat berkata, "Silakan bagi (kambingnya)". Yang me-ruqyah berkata, "Janganlah kalian lakukan hal itu sampai kita mendatangi Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu kita sebutkan kepada beliau tentang sesuatu yang terjadi. Kemudian kita lihat, apa yang beliau perintahkan kepada kita". Mereka pun datang kepada Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- seraya menyebutkan hal itu kepada beliau. Maka beliau bersabda, "Apa yang memberitahukanmu bahwa Al-Fatihah adalah ruqyah?" Kemudian beliau bersabda lagi, "Kalian telah benar, silakan (kambingnya) dibagi. Berikan aku bagian bersama kalian". Lalu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- tertawa". [HR. Al-Bukhoriy (2156), Muslim (2201)]
Al-Imam Ibnu Abi Jamroh-rahimahullah- berkata, "Tempat memercikkan ludah ketika me-ruqyah adalah usai membaca Al-Qur’an pada anggota badan yang dilalui oleh ludah". [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy (9/206)]

• Cahaya Untuk Ummat Islam

Satu lagi diantara fadhilah Al-Fatihah, ia disebut dengan cahaya, karena di dalamnya terdapat petunjuk bagi seorang muslim dalam semua urusannya. Jika kita mengkaji Al-Fatihah secara mendalam, maka kita akan mendapat banyak faedah dan petunjuk. Oleh karena itu, sebagian ulama’ telah menulis kitab khusus menafsirkan Al-Fatihah dan mengeluarkan mutiara hikmahnya yang berisi pelita yang menerangi kehidupan kita.
Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhu- berkata, yang artinya :
"Tatkala Jibril duduk di sisi Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- , maka ia mendengarkan suara (seperti suara pintu saat terbuka) dari atasnya. Maka ia (Jibril) mengangkat kepalanya seraya berkata, "Ini adalah pintu di langit yang baru dibuka pada hari ini; belum pernah terbuka sama sekali, kecuali pada hari ini". Lalu turunlah dari pintu itu seorang malaikat seraya Jibril berkata, "Ini adalah malaikat yang turun ke bumi; ia sama sekali belum pernah turun, kecuali pada hari ini". Malaikat itu pun memberi salam seraya berkata, "Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu; belum pernah diberikan kepada seorang nabi sebelummu, yaitu Fatihatul Kitab, dan ayat-ayat penutup Surat Al-Baqoroh. Tidaklah engkau membaca sebuah huruf dari keduanya, kecuali engkau akan diberi". [HR. Muslim dalam Shahih-nya (806), dan An-Nasa’iy (912)]

• Penentu Sholat

Al-Fatihah adalah kewajiban bagi setiap orang yang mengerjakan sholat, baik ia imam, makmum, atau pun munfarid (sholat sendiri). Barangsiapa yang tak membacanya, maka sholatnya tak sah.
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, yang artinya :
"Barangsiapa yang melakukan sholat, sedang ia tak membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah) di dalamnya, maka sholatnya kurang (3X), tidak sempurna". Abu Hurairah ditanya, "Bagaimana kalau kami di belakang imam". Beliau berkata, "Bacalah pada dirimu (yakni, secara sirr/pelan), karena sungguh aku telah mendengar Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, "Allah -Ta’ala- berfirman, "Aku telah membagi Sholat (yakni, Al-Fatihah) antara Aku dengan hamba-Ku setengah, dan hamba-Ku akan mendapatkan sesuatu yang ia minta". [HR. Muslim (395), Abu Dawud (821), At-Tirmidziy (2953), An-Nasa’iy (909), dan Ibnu Majah (838)]
Abu Zakariya An-Nawawiy-rahimahullah- berkata, "Al-Fatihah dinamai sholat, karena sholat tak sah, kecuali bersama Al-Fatihah". [Lihat Syarh Shohih Muslim (2/127)]
Inilah beberapa diantara keutamaan Al-Fatihah, kami sajikan bagi para khotib, da’i, penuntut ilmu, dan seluruh kaum muslimin agar mereka tahu dan mengamalkan hadits-hadits shohih ini, dan menyebarkannya, tanpa berpegang lagi dengan hadits-hadits lemah dan palsu tentang fadhilah Al-Fatihah.

Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 86 Tahun II. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi : Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Dzikro. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201).

Kamis, 05 Mei 2011

Panduan Membayar Zakat Fitrah dan Zakat Maal

Zakat adalah rukun Islam yang ketiga. Secara harfiah Zakat berarti “Tumbuh”, “Berkembang”, “Menyucikan” atau “Membersihkan”. Zakat artinya memberikan sebagian kekayaan untuk orang yang berhak menerimanya (mustahiq) jika sudah mencapai nisab (jumlah kekayaan minimal) dan haul (batas waktu) zakat. Mencapai haul artinya harta tersebut sudah dimiliki selama setahun. Berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedangkan hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul. Begitu dapat langsung dizakati.

Zakat merupakan kewajiban yang tercantum dalam Al Qur’an. Artinya jika kita mengerjakannya, kita dapat pahala. Jika tidak, akan mendapat dosa.

”Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat…” [Al Baqarah:110]

“Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” [Al Baqarah:43]

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” [Al Bayyinah:5]

Dengan zakat Allah menghilangkan dosa kita dan membersihkan kita

“…Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” [Al Ahzab:33]

Selain membayar zakat, hendaknya kita juga menyuruh orang lain untuk membayar zakat dan berbuat kebaikan lainnya.

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [At Taubah:71]

Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya. ” [Maryam:55]

Orang yang tidak mau membayar zakat padahal dia mampu, akan mendapat siksa di neraka.

“Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya. yaitu orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya kehidupan akhirat.“ [Fushshilat:6-7]

Sebaliknya orang yang membayar zakat dan kewajiban Islam lainnya akan mendapat surga dan berbahagia.

“Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.

Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [Luqman:4-5]

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” [Al Baqarah:277]

Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” [An Nisaa':162]

Jangan takut miskin jika membayar zakat.

“Apakah kamu takut akan menjadi miskin karena kamu memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al Mujaadilah:13]

Delapan Asnaf/Golongan yang Berhak Menerima Zakat (Mustahiq)

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [At Taubah:60]

Orang yang berhak menerima zakat (Mustahiq)

1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.

2. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.

3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.

4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

5. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.

6. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.

7. Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

Insya Allah dengan membayar zakat kita akan diberi rahmat oleh Allah SWT

“Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” [An Nuur:56]

“…Allah berfirman: “Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” [Al A'raaf:156]

Dengan zakat kita akan mendapat ridho dari Allah dan mendapat balasan berlipat ganda.

Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk menc

Pemerintah atau pihak berwenang wajib mengambil zakat dari golongan yang mampu/muzakki.Karena zakat itu untuk membersihkan dan mensucikan diri.

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [At Taubah:103]

Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi SAW mengutus Mu’adz ke negeri Yaman –ia meneruskan hadits itu– dan didalamnya (beliau bersabda): “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan mereka zakat dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka.” [Muttafaq Alaihi]

Hendaknya kita mendistribusikan zakat dengan sebaik-baiknya dan ridho dengan distribusi tersebut.

Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” [At Taubah:58]

Zakat terbagi atas dua jenis yakni

1. Zakat Fitrah, zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram/3,5 liter makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.

2. Zakat Maal (Zakat Harta), mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak.

Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

Zakat Fitrah/Fidyah

Dari Ibnu Umar ra berkata: “Rasulullah saw mewajibkan zakat fitrah satu sha’ kurma atau gandum pada budak, orang merdeka, lelaki perempuan, anak kecil dan orang dewasa dari ummat Islam dan memerintahkan untuk membayarnya sebelum mereka keluar untuk sholat ‘iid. ( Mutafaq alaih )

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: Bahwa Rasulullah saw. memerintahkan agar zakat fitrah diberikan sebelum manusia berangkat untuk salat Ied. (Shahih Muslim No.1645)

Zakat Fitrah harus diberikan sebelum shalat ‘ied. Misalnya 1 atau 2 hari sebelum shalat ‘ied. Jika lewat dari shalat ‘ied, maka jatuhnya sebagai sedekah.

Dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perkataan yang tidak berguna dan kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Maka barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum sholat, ia menjadi zakat yang diterima dan barangsiapa mengeluarkannya setelah sholat, ia menjadi sedekah biasa. Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah.

Abu Said Al-Khudry ra berkata: Pada zaman Nabi SAW kami selalu mengeluarkan zakat fitrah satu sha’ makanan, atau satu sha’ kurma, atau satu sha’ sya’ir, atau satu sha’ anggur kering. Muttafaq Alaihi.

Dalam suatu riwayat lain: Atau satu sha’ susu kering. Abu Said berkata: Adapun saya masih mengeluarkan zakat fitrah seperti yang aku keluarkan pada zaman Nabi SAW Dalam riwayat Abu Dawud: Aku selamanya tidak mengeluarkan kecuali satu sha’

Besarnya zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2,5 kg atau 3,5 liter. Sedangkan makanan yang wajib dikeluarkan yang disebut nash hadits yaitu tepung, terigu, kurma, gandum, zahib (anggur) dan aqith (semacam keju). Untuk daerah/negara yang makanan pokoknya selain 5 makanan di atas, mazhab Maliki dan Syafi’i membolehkan membayar zakat dengan makanan pokok yang lain.

Dari hadits di atas, bayarlah zakat fitrah anda dengan makanan yang biasa anda makan. Bukan uang. Karena Nabi dan para sahabat membayar zakat Fitrah dengan makanan. Bukan dengan uang yang biasa mereka pakai seperti uang Dirham. Jika anda membayarnya dengan uang kertas rupiah, maka jumlah uang di kalangan bawah bertambah. Ini menyebabkan nilai rupiah turun/inflasi dan harga-harga barang naik. Apalagi saat lebaran di mana para pedagang banyak yang mudik, maka harga beras yang mulainya Rp 6000/kg bisa naik jadi Rp 10.000/kg sehingga mereka kesulitan membeli makanan.

Pembayaran zakat menurut jumhur ‘ulama :

1. Waktu wajib membayar zakat fitrah yaitu ditandai dengan tenggelamnya matahari di akhir bulan Ramadhan

2. Membolehkan mendahulukan pembayaran zakat fitrah di awal.

Keterangan :Bagi yang tidak berpuasa Ramadhan karena udzur tertentu yang dibolehkan oleh syaria’t dan mempunyai kewajiban membayar fidyah, maka pembayaran fidyah sesuai dengan lamanya seseorang tidak berpuasa.

Zakat Maal (Harta)

Menurut terminologi bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya. Sedangkan menurut istilah syara’, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dapat dimanfaatkan.

Sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 syarat, yaitu:

1. Dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun, disimpan

2. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya. Misalnya rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dll.

Syarat-syarat Kekayaan yang Wajib di Zakati

1. Milik Penuh Harta dimiliki dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan secara halal seperti: usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain dan cara-cara yang sah. Jika dari cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut tidak wajib, sebab harta tersebut harus dikembalikan kepada yang berhak atau ahli warisnya.

2. Berkembang Harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan atau mempunyai potensi untuk berkembang.

3. Cukup Nishab Harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan syara’. Jika harta tidak sampai nishabnya terbebas dari Zakat dan dianjurkan mengeluarkan Infaq serta Shadaqah

4. Lebih Dari Kebutuhan Pokok Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarga yang menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya seperti belanja sehari-hari, pakaian, rumah, kesehatan, pendidikan, dsb.

5. Bebas Dari hutang Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang harus dibayar pada waktu yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta tersebut terbebas dari zakat.

6. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul) Kepemilikan harta sudah mencapai satu tahun. Persyaratan ini berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul, tetapi wajib pada saat panen/didapat.

Harta (maal) yang Wajib di Zakati

1. Binatang Ternak seperti: unta, sapi, kerbau, kambing, domba dan unggas (ayam, itik, burung).

2. Emas Dan Perak

3. Biji makanan yang mengenyangkan seperti beras, jagung, gandum, dan sebagainya (Al An’aam:141)

4. Buah-buahan seperti anggur dan kurma (HR Tirmidzi)

5. Harta Perniagaan

Jenis Zakat, Nisab, Haul dan Besar Zakat yang Dikeluarkan.

Dari Anas bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq ra menulis surat kepadanya: Ini adalah kewajiban zakat yang diwajibkan oleh Rasulullah SAW atas kaum muslimin. Yang diperintahkan Allah atas rasul-Nya ialah setiap 24 ekor unta ke bawah wajib mengeluarkan kambing, yaitu setiap kelipatan lima ekor unta zakatnya seekor kambing. Jika mencapai 25 hingga 35 ekor unta, zakatnya seekor anak unta betina yang umurnya telah menginjak tahun kedua, jika tidak ada zakatnya seekor anak unta jantan yang umurnya telah menginjak tahun ketiga. Jika mencapai 36 hingga 45 ekor unta, zakatnya seekor anak unta betina yang umurnya telah menginjak tahun ketiga. Jika mencapai 46 hingga 60 ekor unta, zakatnya seekor anak unta betina yang umurnya telah masuk tahun keempat dan bisa dikawini unta jantan. Jika mencapai 61 hingga 75 ekor unta, zakatnya seekor unta betina yang umurnya telah masuk tahun kelima. Jika mencapai 79 hingga 90 ekor unta, zakatnya dua ekor anak unta betina yang umurnya telah menginjak tahun kedua. Jika mencapai 91 hingga 120 ekor unta, maka setiap 40 ekor zakatnya seekor anak unta betina yang umurnya masuk tahun ketiga dan setiap 50 ekor zakatnya seekor unta betina yang umurnya masuk tahun keempat. Bagi yang hanya memiliki 4 ekor unta, tidak wajib atasnya zakat kecuali bila pemiliknya menginginkan. Mengenai zakat kambing yang dilepas mencari makan sendiri, jika mencapai 40 hingga 120 ekor kambing, zakatnya seekor kambing. Jika lebih dari 120 hingga 200 ekor kambing, zakatnya dua ekor kambing. Jika lebih dari 200 hingga 300 kambing, zakatnya tiga ekor kambing. Jika lebih dari 300 ekor kambing, maka setiap 100 ekor zakatnya seekor kambing. Apabila jumlah kambing yang dilepas mencari makan sendiri kurang dari 40 ekor, maka tidak wajib atasnya zakat kecuali jika pemiliknya menginginkan. Tidak boleh dikumpulkan antara hewan-hewan ternak terpisah dan tidak boleh dipisahkan antara hewan-hewan ternak yang terkumpul karena takut mengeluarkan zakat. Hewan ternak kumpulan dari dua orang, pada waktu zakat harus kembali dibagi rata antara keduanya. Tidak boleh dikeluarkan untuk zakat hewan yang tua dan yang cacat, dan tidak boleh dikeluarkan yang jantan kecuali jika pemiliknya menghendaki. Tentang zakat perak, setiap 200 dirham zakatnya seperempat-puluhnya (2,5%). Jika hanya 190 dirham, tidak wajib atasnya zakat kecuali bila pemiliknya menghendaki. Barangsiapa yang jumlah untanya telah wajib mengeluarkan seekor unta betina yang seumurnya masuk tahun kelima, padahal ia tidak memilikinya dan ia memiliki unta betina yang umurnya masuk tahun keempat, maka ia boleh mengeluarkannya ditambah dua ekor kambing jika tidak keberatan, atau 20 dirham. Barangsiapa yang sudah wajib mengeluarkan seekor anak unta betina yang umurnya masuk tahun keempat, padahal ia tidak memilikinya dan ia memiliki unta betina yang umurnya masuk tahun kelima, maka ia boleh mengeluarkannya ditambah 20 dirham atau dua ekor kambing. Riwayat Bukhari.

Dari Mu’adz Ibnu Jabal ra bahwa Nabi SAW pernah mengutusnya ke negeri Yaman. Beliau memerintahkan untuk mengambil (zakat) dari 30 ekor sapi, seekor anak sapi berumur setahun lebih yang jantan atau betina, dan setiap 40 ekor sapi, seekor sapi betina berumur dua tahun lebih, dan dari setiap orang yang telah baligh diambil satu dinar atau yang sebanding dengan nilai itu pada kaum Mu’afiry.Riwayat Imam Lima dan lafadznya menurut riwayat Ahmad



Dari Bahz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Pada setiap 40 ekor unta yang dilepas mencari makan sendiri, zakatnya seekor anak unta betina yang umurnya memasuki tahun ketiga. Tidak boleh dipisahkan anak unta itu untuk mengurangi perhitungan zakat. Barangsiapa memberinya karena mengharap pahala, ia akan mendapat pahala. Barangsiapa menolak untuk mengeluarkannya, kami akan mengambilnya beserta setengah hartanya karena ia merupakan perintah keras dari Tuhan kami. Keluarga Muhammad tidak halal mengambil zakat sedikit pun.” [Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa'i]

Dari Ali ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila engkau memiliki 200 dirham dan telah melewati satu tahun, maka zakatnya 5 dirham. Tidak wajib atasmu zakat kecuali engkau memiliki 20 dinar dan telah melewati setahun, maka zakatnya 1/2 dinar. Jika lebih dari itu, maka zakatnya menurut perhitungannya. Harta tidak wajib dikeluarkan zakat kecuali telah melewati setahun.” Hadits hasan diriwayatkan oleh Abu Dawud.

Nishab emas adalah 20 dinar (85 gram emas murni) dan perak adalah 200 dirham (setara 672 gram perak). Artinya bila seseorang telah memiliki emas sebesar 20 dinar atau perak 200 dirham dan sudah setahun, maka ia telah terkena wajib zakat, yakni sebesar 2,5 %.

Dari Abdullah Ibnu Aufa bahwa biasanya bila suatu kaum datang membawa zakat kepada Rasulullah SAW, beliau berdoa: “Ya Allah, berilah rahmat atas mereka.” Muttafaq Alaihi. Dari Ali bahwa Abbas bertanya kepada Nabi SAW penyegeraan pengeluaran zakat sebelum waktunya, lalu beliau mengizinkannya. [Tirmidzi dan Hakim]

Dari Jabir bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tak ada zakat pada perak yang kurang dari 5 auqiyah (600 gram), unta yang jumlahnya kurang dari 5 ekor, dan kurma yang kurang dari 5 ausaq (1050 liter).” [Muslim]

Menurut riwayatnya dari hadits Abu Said r.a: “Tidak ada zakat pada kurma dan biji-bijian yang kurang dari 5 ausaq (1050 liter).” Asal hadits dari Abu Said itu Muttafaq Alaihi. Dari Salim Ibnu Abdullah, dari ayahnya r.a, bahwa Nabi SAW bersabda: “Tanaman yang disiram dengan air hujan atau dengan sumber air atau dengan pengisapan air dari tanah, zakatnya sepersepuluh, dan tanaman yang disiram dengan tenaga manusia, zakatnya seperduapuluh.” [Bukhari].

Nishab hasil pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 750 kg. Apabila hasil pertanian termasuk makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum, kurma, dll, maka nishabnya adalah 750 kg dari hasil pertanian tersebut.

Tetapi jika hasil pertanian itu selain makanan pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga, dll, maka nishabnya disetarakan dengan harga nishab dari makanan pokok yang paling umum di daerah (negeri) tersebut (di negeri kita = beras).

Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan, atau sungai/mata/air, maka 10%, apabila diairi dengan cara disiram / irigasi (ada biaya tambahan) maka zakatnya 5%.

Dari Abu Musa al-Asy’ary dan Mu’adz ra bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada keduanya: “Jangan mengambil zakat kecuali dari keempat jenis ini, yakni: sya’ir, gandum, anggur kering, dan kurma.” [Thabrani dan Hakim]

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Zakat rikaz (harta peninggalan purbakala) adalah seperlima.” [Muttafaq Alaihi]

Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebesar satu sho’ (3,5 liter) kurma atau satu sho’ sya’ir atas seorang hamba, orang merdeka, laki-laki dan perempuan, besar kecil dari orang-orang islam; dan beliau memerintahkan agar dikeluarkan sebelum orang-orang keluar menunaikan sholat. Muttafaq Alaihi.

Dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perkataan yang tidak berguna dan kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Maka barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum sholat, ia menjadi zakat yang diterima dan barangsiapa mengeluarkannya setelah sholat, ia menjadi sedekah biasa. [Abu Dawud dan Ibnu Majah]

Berikanlah harta kepada keluarga yang terdekat (kerabat) terlebih dulu:

“…Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya…” [Al Baqarah:177]

“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.”…[Al Baqarah:215]

Tidak pantas dia menyumbang jauh-jauh sementara keluarganya banyak yang miskin dan kekurangan tanpa dibantu.

Hadis riwayat Jabir ra., ia berkata:

Seorang dari Bani Udzrah ingin memerdekakan budaknya jika dia meninggal. Hal itu sampai kepada Rasulullah saw. lalu beliau bertanya: Apakah engkau mempunyai harta lain? Orang itu menjawab: Tidak. Rasulullah saw. bersabda: Siapakah yang mau membelinya dariku? Nu’aim bin Abdullah Al-Adawi membelinya dengan harga delapan ratus dirham. Lalu Rasulullah saw. membawa harga jual budak itu dan membayarkannya kepada orang tersebut. Kemudian bersabda: Mulailah untuk dirimu, bersedekahlah untuk dirimu. Jika masih tersisa, maka berinfaklah kepada keluargamu dan jika masih tersisa, maka berinfaklah kepada kerabatmu. Bila dari kerabatmu masih tersisa, maka begini dan begini. Ia (Jabir) menjelaskan: Tetangga depanmu, tetangga kananmu dan tetangga kirimu. (Shahih Muslim No.1663)

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Bersedekahlah.” Lalu seorang laki-laki berkata: Wahai Rasulullah, aku mempunyai satu dinar? Beliau bersabda: “Bersedekahlah pada dirimu sendiri.” Orang itu berkata: Aku mempunyai yang lain. Beliau bersabda: “Sedekahkan untuk anakmu.” Orang itu berkata: Aku masih mempunyai yang lain. Beliau bersabda: “Sedekahkan untuk istrimu.” Orang itu berkata: Aku masih punya yang lain. Beliau bersabda: “Sedekahkan untuk pembantumu.” Orang itu berkata lagi: Aku masih mempunyai yang lain. Beliau bersabda: “Kamu lebih mengetahui penggunaannya.” Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i

Terhadap orang yang berzakat kepada keluarganya Nabi saw bersabda, “Dia mendapatkan dua pahala, yaitu pahala menyambung kekerabatan dan pahala sedekah.” [HR Bukhari]

Hikmah Membayar Zakat

1. Membayar zakat itu berarti mensyukuri nikmat Allah. Nikmat yang disyukuri, dijanjikan oleh Allah akan ditambah.

2. Kekayaan yang dikumpulkan oleh seseorang, belum tentu dari hasil jerih payah dan keringat sendiri, tapi bisa juga dari hasil tenaga para buruh yang bekerja padanya. Oleh karena itu ia harus membagi kekayaannya kepada fakir miskin dan asnaf lainnya.

3. Zakat membuat hubungan antara si Kaya dan si Miskin jadi harmonis. Rukun dan saling membantu. Rasulullah bersabda : “Bukan golonganku orang (besar) yang tidak belas kasihan kepada orang kecil. dan juga bukan golonganku orang kecil yang tidak menghargai orang besar” Jadi zakat itu adalah uluran tangan orang besar kepada orang kecil atau miskin.

4. Zakat mendidik orang jadi dermawan/pemurah. Manusia biasanya bersifat kikir padahal kikir itu dibenci Allah. Zakat menghindarkan kita dari sifat kikir.

5. Di antara pencuri atau perampok ada yang disebabkan karena kemiskinan. Zakat merupakan satu jaringan pengaman yang bisa mengurangi kejahatan yang disebabkan oleh faktor ekonomi. Sabda Nabi : “Kemiskinan, hampir-hampir menjadikan orang menjadi kufur (lupa kepada kebenaran)”.

Sumber: Kitab Hadits Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam, Oleh : Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Ashqolani.

http://www.mutiara-hadits.co.nr

Wikipedia

http://www.pkpu.or.id/panduan.php?id=3

Al Faridy, Hasan Rifa’i, Drs.,Panduan Zakat Praktis, Dompet Dhuafa Republia, 1996

http://www.dompetdhuafa.or.id/zakat/z004.

htm http://www.bazisdki.go.id/index.cfm?fuseaction=artikel.list&catid=30

Media Islam – Belajar Islam sesuai Al Qur’an dan Hadits

www.media-islam.or.id

Minggu, 13 Maret 2011

Pilih yang Mana ??


Begitu banyak orang menyukai bunga yang satu ini. Mayoritas kaum perempuan. Memang, dari warnanya saja, sudah membuat mata menyenanginya, apalagi memilikinya ??? Lalu bagaimana dengan sang Pencipta ??? Subhanallah....!!!


Beda dengan yang ini. Tentu, kaum pria yang paling banyak menyukai. Sedap dipandang. Subhanallah....!!!!

Sabtu, 12 Maret 2011

TUJUH PANDUAN MOTIVASI

1. Tentukan Sasaran Besar, dan Jalani Setiap Jalan Kecil Menuju Ke Sasaran itu.
Ada banyak jalan kecil menuju ke sasaran Anda. Bila Anda setia menjalani jalan-jalan kecil ini, maka Anda akan terdorong menghadapi tantangan menuju ke sasaran besar yang telah Anda tentukan.

2. Selesaikan apa yang Anda Mulai.
Sesuatu yang setengah jadi tak bermanfaat. Berhenti di tengah suatu proyek adalah kebiasaan buruk. Biasakan untuk menyelesaikan proyek yang Anda rancang dan Anda mulai.

3. Bergaul Dengan Orang yang Memiliki Minat yang Sama.
Dukungan orang lain memotivasi Anda. Memiliki 5 (lima) orang teman yang baik dapat membentuk sikap Anda yang baik. Bila mereka pecundang, Andapun pecundang. Bergaulah dengan orang berhasil maka Anda juga akan berhasil.

4. Terus Belajar.
“ Procrastination is the thief of time”. Terus menunda sesuatu berarti menguras sumber daya yang tak bisa didaur ulang yakni waktu. Manusia dimampukan untuk belajar sendiri tanpa pembimbing. Bila Anda mengetahui “indahnya belajar sendiri “, Anda akan menemukan peluang keberhasilan di luar bayangan Anda.

5. Harmonisasikan Bakat Anda Dengan Minat yang Memotivasi Anda.
Bakat menciptakan motivasi. Motivasi menciptakan tekad. Tekad menghasilkan unjuk kerja yang luar biasa.

6. Tingkatkan Pengetahuan di Bidang yang Memberikan Inspirasi
Makin banyak yang kita ketahui tentang suatu bidang, makin tinggi minat kita untuk lebih mendalami bidang itu. Sekecil apapun ciptaan-NYA pasti bertambah dan berkembang.

7. Jangan Takut Mengambil Resiko.
Kegagalan dan kebangkitan kembali adalah bagian dari motivasi. Kegagalan adalah suatu alat pembelajaran. Tidak ada seorangpun yang pernah berhasil tanpa seuntai kegagalan.

Apakah Anda Pemimpin Yang Hebat ?




Sebagian kita adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Jika anda punya satu orang anggota saja, maka anda adalah seorang pemimpin.

Dalam bukunya yang amat terkenal, Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda, John C. Maxwell berkata, “Mengubah pemimpin berarti mengubah organisasi. Menumbuhkan pemimpin berarti menumbuhkan organisasi."

Artinya ? Perusahaan atau organisasi tidak akan berubah dan tidak akan berjalan ke arah yang dicita-citakan, apabila para pemimpinnya sendiri, di bagian apapun, tidak berubah dan tidak tumbuh. Sebuah organisasi tidak bisa tumbuh di luar sampai para pemimpinnya sendiri tumbuh di dalam.

Jika seluruh unit kepemimpinan berubah secara positif, maka pertumbuhan organisasi atau perusahaan akan terjadi secara otomatis. Pemimpin yang lemah sama dengan organisasi yang lemah. Pemimpin yang kuat sama dengan organisasi yang kuat. Segala-galanya akan naik atau turun, sesuai dengan kekuatan kepemimpinan.

Kita mungkin juga bisa sepakat bahwa perbedaan antara perusahaan yang baik dengan perusahaan yang hebat juga adalah kepemimpinan. Apakah Anda bersedia jadi pemimpin yang hebat ?

Syaratnya sangat mudah. Yaitu, mau berubah ! Apa ada pemimpin yang menolak perubahan ? Banyak…! Perlawanan terhadap perubahan adalah sesuatu yang universal sifatnya, menyerang semua kelas dan budaya. Sekalipun sudah ditunjukkan berbagai fakta kebenaran dan bukti nyata, tetap saja banyak pemimpin yang tidak mau mengubah sikap dan pikirannya. Alias ”keras kepala”

Maxwell mengambil sebuah kisah yang amat menarik tentang Henry Ford yang gagal memimpin dunia otomotif lantaran ia tidak mau berubah, seperti yang dilukiskan dalam biografi Robert Lacy yang laris, Ford : The Man and the Machine. Lacy mengatakan Ford adalah orang yang begitu mencintai mobil model T yang diciptakannya sehingga ia tidak mau mengubah satu baut pun pada mobil itu. Dia bahkan mendepak William Knudsen, karena Knudsen berpikir dia melihat kemerosotan Model T.

Itu terjadi tahun 1912, ketika Model T baru berumur empat tahun dan sedang berada di puncak popularitasnya. Saat itu Ford baru saja kembali dari perjalanan pesiar di Eropa, dan dia pergi ke garasi Highland Park, Michigan, dan melihat rancangan baru yang diciptakan Knudsen.

Para montir yang ada disana mencatat bagaimana Ford sesaat menjadi mata gelap. Dia memandangi kilatan cat merah pada versi Model T yang rendah yang dianggapnya sebagai versi yang buruk dari rancangan Model T yang disayanginya. "Ford memasukkan tangan ke dalam sakunya, dan dia berjalan mengelilingi mobil tiga atau empat kali," kata para saksi mata menceritakan. "Itu adalah mobil empat pintu, dan atapnya diturunkan. Akhirnya, dia pergi ke sisi kiri mobil, dan dia mengeluarkan tangannya, memegang pintu, dan gubrak ! Dia merenggutkan pintu sampai copot ! … Bagaimana orang itu melakukannya, saya tidak tahu ! Dia melompat masuk, dan gubrak ! Copot pula pintu lainnya. Hancurlah kaca depan. Dia melompat ke jok belakang dan mulai memukuli atap. Dia merobek atap dengan tumit sepatunya. Dia menghancurkan mobil sebisa-bisanya."

Knudsen keluar dan pergi ke General Motors. Henry Ford terus memelihara Model T. Tetapi perubahan desain dalam model pesaing membuatnya menjadi lebih kuno daripada yang diakuinya. Kendati General Motor mengancam akan mendahului Ford, sang pencipta tetap menginginkan kehidupan membeku di tempatnya.

Contoh berikut pun cukup menarik. Selama berabad-abad orang percaya bahwa Aristoteles benar, dengan teorinya: bahwa semakin berat suatu benda, semakin cepat benda itu jatuh ke tanah. Pada waktu itu Aristoteles dipandang sebagai pemikir terbesar sepanjang zaman dan karena itu tentu saja dia tidak mungkin salah. Padahal yang diperlukan hanyalah seorang yang berani untuk mengambil dua buah benda, yang satu berat dan lainnya ringan, lalu menjatuhkannya dari ketinggian yang cukup untuk melihat apakah benda yang berat memang jatuh lebih dahulu atau tidak. Tetapi saat itu tidak ada orang yang tampil ke depan sampai hampir 2000 tahun setelah kematiannya.

Pada tahun 1589, Galileo memanggil para professor yang terpelajar ke landasan Menara Miring Pisa. Kemudian dia naik ke puncak dan mendorong jatuh dua buah beban, yang satu seberat sepuluh pon dan yang lainnya satu pon. Hasilnya, keduanya ternyata mendarat pada saat yang sama !

Apa kata para professor ? Karena mereka tetap yakin dengan kekuatan kebijaksanaan konvensional yang demikian kokoh bersemayam dalam diri mereka, para professor itu tetap menyangkal apa yang mereka lihat. Mereka tetap mengatakan bahwa Aristoteles benar, lalu melemparkan Galileo ke penjara dan melewatkan sisa hidupnya dalam tahanan rumah.

Pertanyaannya, masih adakah sesuatu yang begitu kuat anda yakini sehingga sekalipun sudah berulang kali diperlihatkan fakta-fakta betapa pentingnya kita segera berubah, tetap saja Anda tidak mau berubah ?

Karena itulah, Howard Hendrick, dalam Teaching to Change Lives mengingatkan : Kalau Anda ingin terus memimpin, maka Anda harus berubah. Begitu para pemimpin secara pribadi mau berubah dan mulai melakukannya, maka segala sesuatu yang berada dalam tanggungjawabnya pasti segera berubah. Para pemimpin adalah motor perubahan, dan karena itu ia harus berada di depan untuk menggerakkan perubahan dan mendorong pertumbuhan serta menunjukkan jalan untuk mencapainya.

Tapi terkadang ada pula sebagian pemimpin kita yang mungkin berperilaku seperti Lucy dalam kartun "Peanuts". Sambil menyandar ke pagar ia berkata pada Charlie Brown, "Saya ingin mengubah dunia." Charlie bertanya, "Darimana kamu akan memulai ?" Lucy menjawab, "Saya akan mulai dengan kamu !"

Para pemimpin yang ada di seluruh bagian perusahaan dimanapun ia berada, harus mampu menjadi motor perubahan. "Mereka harus lebih menjadi termostat daripada termometer," kata Maxwell, dalam bukunya Mengembangkan Kepemimpinan Di Sekeliling Anda.

Apa bedanya ? Kedua alat ini memang sama-sama bisa mengukur panas, tapi ada bedanya. Termometer bersifat pasif. Ia hanya mencatat suhu lingkungan tetapi tidak bisa melakukan apapun untuk mengubah lingkungan. Termostat adalah alat yang aktif. Alat ini menentukan akan menjadi apa sebuah lingkungan. Termostat mempengaruhi perubahan supaya bisa menciptakan iklim. Pemimpin yang baik, mampu menjadi motor perubahan yang menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan cita-cita perusahaan.

Perubahan Apa ?

John C. Maxwell dalam buku "The Winning Attitude" menggambarkan, "orang berubah ketika mereka cukup sakit sehingga harus berubah; cukup belajar sehingga ingin berubah; cukup menerima sehingga mereka bisa berubah." Karena itu para pemimpin perlu mengenali siapa-siapa saja orang-orangnya yang berada dalam salah satu dari tiga tahap ini. Sedangkan para pemimpin puncak akan menciptakan suasana yang menyebabkan salah satu dari tiga hal ini terjadi.

Apa yang pertama dan utama sekali perlu diubah oleh para pemimpin, sehingga ia mampu menciptakan suasana yang akan mendorong orang lain ikut berubah ?

Maxwell, mengajarkan :

Pertama, pemimpin harus mengembangkan kepercayaan dengan orang lain. Kalau anggota tim percaya kepada pemimpin, itu sudah lumayan hebat. Akan tetapi jauh lebih hebat lagi jika justru pemimpin yang percaya kepada para anggotanya. Bila ini benar-benar terjadi, kepercayaan adalah hasilnya, maka semua pun akan mengikuti. Abraham Lincoln berkata, "Kalau Anda ingin merebut hati seseorang agar mendukung perjuangan anda, mula-mula yakinkan dia bahwa anda sahabatnya yang sejati. Lalu selidikilah apa yang ingin dicapainya." Ujian praktis bagi seorang pemimpin adalah pertanyaan, "Bagaimana hubungan Anda dengan para pengikut Anda ?" Kalau hubungannya positif, maka pemimpin itu telah siap untuk mengambil langkah-langkah berikutnya.

Kedua, pemimpin harus membuat perubahan pribadi pada dirinya sendiri, sebelum meminta orang lain berubah. Para pemimpin sukses bukan hanya mengatakan apa yang harus dilakukan, tetapi mereka memperlihatkannya ! Orang meniru apa yang mereka lihat dari sang pemimpin. Apa yang dihargainya akan dihargai pula oleh anak buahnya. Tujuan pemimpin menjadi tujuan mereka. Lee Iacocca berkata, "Kecepatan bos adalah kecepatan tim." Kita perlu ingat bahwa kalau orang mengikuti kita, mereka hanya bisa pergi sejauh kita pergi. Kalau pertumbuhan kita berhenti, kemampuan kita untuk memimpin pun akan berhenti. Karena itu mulailah belajar dan tumbuh sejak hari ini, maka lihatlah mereka yang ada di sekeliling anda, mereka pun ternyata tumbuh dan berubah. Ambil contoh saja, mulailah menghilangkan sikap takut mengatakan hal-hal yang tidak ingin didengar oleh atasan anda. Sebagai pemimpin anda harus melaporkan dan menyampaikan apa yang perlu anda laporkan, bukan apa yang sebaiknya dilaporkan. Lalu rangsanglah anggota organisasi anda untuk berani pula menyampaikan apa yang perlu anda dengar, bukan apa yang ingin anda dengar.

Ketiga, perlihatkan kepada tim anda bagaimana perubahan itu sebenarnya akan sangat menguntungkan bagi mereka. Sebab perubahan yang sedang kita lakukan saat ini adalah jalan terbaik bagi seluruh pihak, demi masa depan semua orang, bukan bagi anda sebagai pimpinannya. Kepentingan orang banyak itulah yang harus didahulukan.

Keempat, beri mereka andil kepemilikan atas perubahan itu. Kalau orang kurang ikut memiliki suatu gagasan, mereka biasanya menentangnya, bahkan seandainya pun gagasan itu sebetulnya untuk kepentingan mereka yang terbaik ! Pemimpin yang bijaksana memungkinkan pengikut bisa memberikan masukan dan menjadi bagian dari proses perubahan. Tanpa rasa memiliki ini, perubahan hanya akan berjangka pendek. Mengubah kebiasaan dan cara berpikir orang banyak seperti menulis perintah di atas salju dalam badai. Setiap duapuluh menit perintah harus ditulis kembali, kecuali kalau kepemilikan diberikan bersama dengan perintah.

Karena itu, kata Trusell dalam Helping Employees Cope with Change: A Manager's GuideBook, "Tunjukkan kepada orang lain bagaimana perubahan akan menguntungkan mereka. Mintalah mereka untuk berperan serta dalam semua tahap proses perubahan. Bersikaplah lentur, terbuka dan bisa menyesuaikan diri sepanjang proses perubahan. Akuilah kesalahan dan buatlah perubahan kalau sesuai dengan keadaan. Doronglah setiap anggota tim untuk membicarakan perubahan. Mintalah pertanyaan, komentar dan umpan balik mereka. Tunjukkan keyakinan anda atas kemampuan mereka untuk melaksanakan perubahan. Akhirnya jangan lupa berilah selalu antusiasme, bantuan, penghargaan, dan pengakuan kepada mereka yang melaksanakan perubahan.
Nilnaiqbal

Foto siapa ya....?????

Subhanallah...... begitu sempurna ciptaan Yang Maha Kuasa. Apakah pernah terpikirkan oleh kita, bahwa kita diciptakan dengan begitu sempurna dan sebaik-baik ciptaan ??? Seringkali kita lupa bahwa kita adalah makhluk yang paling sempurna.

Begitu juga pemilik wajah seperti ini, tentu harus banyak bersyukur. Karena telah dikarunia wajah yang mempesona.

Wahai Saudaraku yang dirahmati Allah swt. sering kita temui wajah-wajah yang mempesona. Wajah-wajah yang menyejukan hati. Tapi kenapa kita sering mengingat siapa penciptanya ?? Aneh ya...???!

Sabtu, 05 Februari 2011

NIKMAT ALLAH MANA YANG KALIAN DUSTAKAN ?!


Kita bersyukur kepada Allah ‘azza wajalla Al-Khaliq, Ar-Raziq, Al-Malik, Al-Mudabbir Li Jami’il Umur, Dzat yang senantiasa memberikan nikmat kepada kita semua. Sungguh begitu banyak dan berlimpah nikmat yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-hamba-Nya. Seluruh manusia setiap harinya tenggelam dan larut dengan nikmat-nikmat Allah subhanahu wata’ala, sehingga Maha Benar Allah ‘azza wajalla yang berulang kali menyebutkan tentang apa yang telah diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala berupa nikmat ini kepada hamba-Nya di dalam Al-Qur’an : “Maka nikmat Allah yang mana yang kalian dustakan.” (Ar-Rahman, disebutkan secara berulang dalam surat ini)

Di dalam ayat yang lain Allah subhanahu wata’ala menjelaskan dan menegaskan kepada hamba-hamba-Nya bagaimana Allah subhanahu wata’ala telah menurunkan nikmat ini, entah itu nikmat yang sifatnya zhahir (nampak dan bisa dirasakan secara lahiriah) seperti kesehatan, atau kenikmatan lainnya yang bisa kita rasakan, ataupun nikmat yang sifatnya batin seperti ketenangan, ketentraman, dan yang lainnya. Allah subhanahu wata’ala menyatakan dalam Al Qur’an : “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Ibrahim: 34)

Kalian minta rizki, Allah subhanahu wata’ala berikan, kalian minta ketenangan, kebahagiaan, keturunan, Allah subhanahu wata’ala berikan. Semuanya diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada setiap hamba-Nya yang meminta kepada-Nya. Dan jika kalian mencoba menghitung nikmat-nikmat Allah subhanahu wata’ala yang telah kalian rasakan, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya, begitu besar dan banyak nikmat Allah subhanahu wata’ala ini, sampai-sampai hamba-Nya tidak merasakan bahwa itu adalah sebuah nikmat.
Dan sesungguhnya manusia itu terus dan senantiasa berbuat zhalim dan selalu kufur. Dia merasakan nikmat-nikmat Allah, akan tetapi tidak henti-hentinya berbuat kezhaliman kepada-Nya secara terang-terangan. Dan dia selalu kufur terhadap nikmat-nikmat Allah subhanahu wata’ala, tidak menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh-Nya. Padahal nikmat itu telah diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk memudahkan dia agar berada di atas ketaatan kepada-Nya.

Oleh sebab itu, sangatlah penting dan wajib bagi kita untuk mengetahui arti dan hakikat nikmat itu sendiri. Apakah nikmat yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala akan mendatangkan keridhaan dari-Nya ataukah sebaliknya. Dan ketahuilah wahai saudaraku, bahwasanya sebuah nikmat itu diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala adalah sebagai sebuah ujian, belum tentu orang yang telah diberi nikmat oleh Allah ‘azza wajalla dengan nikmat yang banyak, berarti itu tanda bahwasanya dia dimuliakan oleh Allah subhanahu wata’ala, bukan seperti itu.

Al-Imam Salamah bin Dinar rahimahullah ketika menjelaskan hakikat sebuah nikmat, beliau menyatakan : “Setiap nikmat yang dengan nikmat itu engkau tidak bisa mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wajalla, ketahuilah yang demikian itu adalah malapetaka yang akan membinasakan.” (Al-Baihaqi di Syu’abil Iman, Abu Nu’aim di Al-Hilyah)

Inilah nasehat dari seorang alim rabbani yang mengetahui hakikat dan arti sebuah nikmat.
Nikmat apa pun, yang dengan itu kalian tidak bisa mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala, -padahal nikmat itu diberikan agar kita mudah untuk mendekatkan diri kepada Allah-, akan tetapi sebaliknya, hamba-hamba Allah ini kufur sehingga ia semakin jauh dari Allah subhanahu wata’ala, bahkan terlena sebagiannya dengan nikmat yang telah Allah berikan kepadanya itu, maka ketahuilah yang demikian itu adalah bukan sebuah nikmat yang hakiki, tetapi itu adalah malapetaka yang akan membinasakan manusia itu sendiri.
Berapa banyak dari nikmat yang kita rasakan, kita merasa bahwa nikmat itu besar, akan tetapi banyak di antara kita yang lalai dari nikmat itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hamba Allah dan utusan-Nya, pernah memberikan nasehat kepada para shahabatnya tentang arti dan hakikat sebuah nikmat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad di dalam Musnadnya dan juga Al-Imam Ibnu Jarir dan Al-Imam Ibnu Abi Hatim rahimahumullah dari shahabat ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Jika engkau melihat bahwasanya Allah memberikan dunia kepada seorang hamba dalam keadaan hamba itu terus melakukan kemaksiatan yang dia gemari, maka ketahuilah yang demikian itu adalah istidraj dari Allah.”

Sengaja Allah subhanahu wata’ala berikan kepada hamba-Nya berbagai macam nikmat, dan nanti Allah ‘azza wajalla pada hari kiamat akan meminta pertanggungjawaban hamba-Nya tadi dari setiap apa yang ia terima dari nikmat itu. Setiap manusia akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah subhanahu wata’ala.

Maka sangat penting bagi kita untuk memperhatikan masalah seperti ini agar tidak terlena dengan nikmat yang ada pada pada diri kita, bisa jadi nikmat tersebut adalah ujian dari Allah subhanahu wata’ala. Bisa juga nikmat tersebut adalah bentuk keridhaan Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-Nya, jika nikmat tersebut bisa digunakan untuk ketaatan kepada Allah ‘azza wajalla.

Saudaraku kaum muslimin yang dimuliakan Allah subhanahu wata’ala …
Perlu kita ketahui kembali bahwasanya ketika seorang hamba mendapatkan nikmat dari Allah subhanahu wata’ala, bukan berarti hamba tersebut mendapatkan kemuliaan dari Allah ‘azza wajalla, dan bukan berarti pula Allah subhanahu wata’ala telah ridha dengan dia, bahkan bisa jadi sebaliknya. Bisa jadi Allah subhanahu wata’ala menginginkan pada dia agar dia terlena dan terbawa arus dengan kenikmatan tersebut yang akhirnya dia tidak bisa membawa dirinya untuk lebih dekat kepada Allah subhanahu wata’ala. Jadi harta benda yang kita rasakan bukanlah tolok ukur seseorang mendapatkan kemuliaan dari Allah subhanahu wata’ala, bahkan dia harus mempertanggungjawabkannya kepada Allah subhanahu wata’ala di hari kiamat nanti, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari hadits Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dan beliau berkata bahwa hadits ini derajatnya Hasan Shahih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ditanya tentang empat perkara :

(1) tentang umurnya untuk apa dia gunakan,
(2) tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmunya tersebut,
(3) tentang hartanya, dari mana harta tersebut didapatkan dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan, dan
(4) tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan.” (HR. At-Tirmidzi)

Hadits ini menjelaskan tentang apa yang akan terjadi pada hari kiamat, masing-masing kita akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah subhanahu wata’ala. Tidak ada orang tua di sisi kita, semuanya bertanggungjawab dengan dirinya sendiri, tidak ada yang menggantungkan kepada orang tuanya, walaupun dahulu orang tuanya mungkin orang yang besar dan mempunyai kedudukan. Ketika hari kiamat, itu semua akan sirna, semua berdiri dengan dirinya sendiri, mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya ketika di dunia.

Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ia ditanya tentang 4 perkara :

o     Pertama, ditanya tentang umurnya, kesempatan dia hidup di dunia ini, untuk apa ia gunakan. Apakah dengan usia atau kesempatan itu dia gunakan untuk berfoya-foya, ataukah dia tidak merasa bahwasanya dia akan dikembalikan oleh Allah subhanahu wata’ala di hari kiamat nanti. Coba kita bayangkan wahai saudaraku, di kala kita hidup di dunia ini tidak sadar dan lalai bahwa kita akan dikembalikan oleh Allah subhanahu wata’ala, kemudian nyawa kita dicabut dalam keadaan kita belum bertaubat kepada-Nya, maka apa yang terjadi kemudian.

o     Kedua, tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmu tersebut. Kita menuntut ilmu ini tidak dibiarkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Ilmu itu bukan sebatas sebagai wacana dalam diri kita, Allah subhanahu wata’ala akan meminta pertanggungjawaban kita. Apa yang kita ilmui harus kita amalkan, karena itulah hakikat ilmu wahai saudaraku.

o     Ketiga, tentang hartanya, dari mana ia dapatkan harta tersebut dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan. Apakah harta tersebut dia peroleh dari jalan yang halal, ataukah harta tersebut diperoleh dari hal-hal yang haram. Apakah keluarganya diberi makan dari sesuatu yang haram, maka ketika itu Allah subhanahu wata’ala akan meminta pertanggungjawaban kepada dia. Dan kemudian juga ditanya untuk apa harta tersebut dibelanjakan. Terkadang kita tidak merasa bahwasanya harta ini, kita belanjakan untuk hal-hal yang akan menjauhkan seseorang dari perintah-perintah Allah subhanahu wata’ala. Sebagai kepala rumah tangga di harus lebih berhati-hati jangan sampai harta ini dibelanjakan untuk sesuatu yang dapat melalaikan keluarganya dari mengingat Allah subhanahu wata’ala. Terkadang kita tidak sadar, ternyata kita menyediakan fasilitas-fasilitas kepada mereka untuk menjauh dari Allah subhanahu wata’ala.

o     Keempat, tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan atau habiskan di dunia ini. Apakah tubuh tersebut dia gunakan untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala. Dia lahir dalam keadaan tidak memiliki apa-apa, kemudian Allah subhanahu wata’ala karuniakan kepadanya penglihatan dan pendengaran. Dengan itu apakah dia bisa mengemban amanah dari Allah subhanahu wata’ala tersebut, yaitu menjaga pendengarannya,  penglihatan, dan hatinya dari hal-hal yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala.

Kita memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar Allah melindungi hati kita agar kita tidak merasa aman dari adzab-Nya, sehingga melalaikan kita dari berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala dan semakin jauh dari-Nya karena tergiur dengan kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah subhanahu wata’ala berikan. Kita berdoa kepada Allah. (Al-Ustadz Muhammad Nur)

Senin, 31 Januari 2011

Kenangan Almarhumah Ibuku

Kenangan almarhum Ibuku "Soentinah" yang telah berpulang ke rahmatullah.

Kawah Putih

Yang baju biru anaku yang paling kecil, energik, mudah bergaul. Hobinya badminton. Sekarang udah kelas IX di SMP Negeri 11 Bandung

Online Dengan Allah 24 Jam

Rasulullah Saw memberikan perumpamaan bahwa kehidupan dunia itu ibarat jari yang dicelupkan ke lautan luas, lalu jari tersebut ditarik dan air yang melekat di jari itulah kehidupan dunia. Adapun lautan yang menghampar adalah kehidupan akherat. Sungguh, senantiasa bisa online dengan Allah menjadi nikmat yang luar biasa. Online dengan Allah tanpa pulsa dan tanpa biaya.

Mengapa kita perlu online dengan Allah ? Pertanyaan ini singkat, jelas dan sederhana sekaligus sangat mendasar dan hakiki. Bagi sebagian orang, kesibukan mengurus kehidupan di dunia ini terkadang sampai melupakan pertanyaan tersebut. Allah telah memberikan pernyataan yang sangat jelas dalam QS Adz Dzariyat 51:56 yang artinya “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan mereka supaya menyembah-Ku”.

Untuk menjalani kehidupan, manusia dibekali 4 anugerah pokok. Pertama, daya fisik yang menghasilkan kegiatan fisik dan ketrampilan. Kedua, daya pikir yang menghasilkan ilmu pengetahuan dan mendorong manusia untuk selalu berpikir. Ketiga, daya qalbu yang menjadikan manusia mampu mengekspresikan keindahan, beriman, dan berhubungan dengan Allah. Keempat, daya hidup yang menghasilkan daya juang, kemampuan menghadapi tantangan dan kesulitan. Allah memberikan kebebasan manusia agar mendayagunakan semua potensi yang dimiliki secara optimal. Allah tidak sekadar menuntut hamba-Nya hanya memenuhi kewajiban beribadah, tetapi juga kewajiban manusia sendiri di dunia. Allah telah memberikan petunjuk dalam QS Al Jumuah 62:10 yang artinya “Apabila kamu telah selesai sholat maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah. Dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.

Saluran online dengan Allah.
Untuk tetap menjaga online dengan Allah maka diperlukan jalan atau saluran yang menghubungkannya. Ada beberapa saluran yang bisa dimanfaatkan agar kita bisa online dengan Allah.

Saluran pertama, Shalat.
Shalat merupakan salah satu wujud nyata komunikasi langsung antara seorang hamba dan Penciptanya. Melalui shalat seorang hamba dapat berdialog dengan Allah, dapat memuji, memohon ampunan, mengharap pertolongan dan berserah diri. Ada beberapa shalat yang bisa dilaksanalan hambaNya antara lain shalat wajib, shalat sunah (shalat rawatib, tahajud, witir, dhuha), shalat sunah sekali dalam setahun (Idul Fitri dan Idul Adha, Tarawih), shalat sunah insidental (shalat istikharah), shalat sunah terkait peristiwa tertentu (shalat tahiyatul masjid, shalat sunah wudhu).

Saluran kedua, Puasa.
Ibadah puasa merupakah salah satu bentuk ibadah umat Islam yang bermakna menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan ibadah tersebut pada siang hari. Puasa memiliki manfaat spiritual dan sosial yang tinggi karena mendorong untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.

Secara sosial puasa melatih empati manusia, bertenggang rasa dan turut merasakan penderitaan orang lain yang kurang beruntung di dunia ini. Beberapa ibadah puasa meliputi puasa wajib Ramadhan, puasa-puasa sunah (puasa Senin-Kamis, puasa Nabi Daud, puasa Syawal, puasa Muharam, puasa Asyura, puasa Sya'ban, puasa sunah hari Arafah, puasa sunah Ayyamul Bidh).

Saluran ketiga, membaca Al Quran.
Al Quran merupakan kitab suci menjadi sumber utama dan sumber pertama ajaran Islam. Al Quran menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw sebagai salah satu rakhmat yang tiada tara bagi alam semesta. Allah berfirman dalam QS Al A'raaf 7:204 yang artinya “Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah (baik-baik) dan perhatikan dengan tenang agar kamu mendapatkan rakhmat”.

Begitu besar makna membaca Al Quran maka prosesnya membutuhkan waktu yang panjang dan dapat dimulai dengan 4 cara: Pertama, surah-surah pendek penuh berkah (surah Al Fatihah, surah Al Ikhlas, surah Al Mu'awwidzatain). Kedua, ayat-ayat pendek penuh berkah (ayat kursi, surah Al Baqara : 285-286, surah Al Kahfi : 1-10 dan 101-110). Ketiga, surah-surah tertentu (surah Yasin, surah Al Waaqiah, surah Al Mulk, surah Ar Rahman, surah Al Kahfi). Keempat, khatam Al Quran.

Saluran keempat, Zikir penuh berkah.
Zikir yang memiliki arti menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, mengerti dan perbuatan baik. Ucapan lisan, gerakan tubuh, ataupun getaran hati sesuai dengan cara-cara yang diajarkan agama untuk mendekatkan diri kepada Allah. Melengkapi zikir dalam keseharian dapat diaktualisasikan dengan 4 cara. Pertama, istighfar (kalimat doa untuk memohon ampun ke hadirat Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan seorang hamba, baik dosa besar maupun dosa kecil. Kedua, tasbih (kalimat untuk menyatakan dan mengakui bahwa Allah adalah yang maha suci. Ketiga, tahmid yaitu kalimat untuk memuji Allah sekaligus mensyukuri segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya. Keempat, tahlil yaitu kalimat tauhid yang merupakan pernyataan akan keesaan Allah.

Kebiasaan perlu dibangun dalam jangka panjang sehingga memerlukan penyusunan agenda ibadah. Agenda adalah suatu daftar tertulis yang berisi serangkaian kegiatan “apa” dan “kapan” kegiatan tersebut dilakukan. Agenda ibadah disusun sendiri untuk diri sendiri sesuai kemampuan sendiri untuk meningkatkan komitmen dan membangun disiplin diri dalam melaksanakan kegiatan ibadah kepada Allah.
Bagi orang-orang yang mengaku sibuk dalam urusan keduniaan, yang menganggap bahwa kegiatan ibadah untuk menjalin komunikasi dengan Allah sesuatu yang sulit dan mengganggu kegiatan sehari-hari yang sangat padat maka catatan ini menjadi pencerahan kembali untuk meningkatkan keshalehan spiritual dan profesionalisme kita. (disadur dari berbagai sumber)